kepadamu yang, belum pernah kujumpa. hingga serupa cahya mentari yang memberkas menembus atmosfer bumi tanpa media. aku; si putri malu yang selalu sembunyi di sudut hari merajuti mimpi. membuatku tersenyum sungguh, ketika kutersadar aku tidaklah secantik mawar pun seharum melati, tapi aku memberani diri. dan kauhadir di cerlang pagi yang berdenting-denting mengurai renjana jiwa hinggap di kelopak-kelopak bunga melibas jarak-rentang sunyi.
ahai, kepadamu yang, belum pernah kujumpa. pada tiap-tiap masa, sungguh aku ingin belajar mengeja-dengar suara-syahdumu. karena sejatinya, telaga mata hatiku belumlah mampu mendaras setiap untaian indah aksara-aksaramu. juga isyarat diammu.
senja telah datang. merah merona berpendaran pertanda hari kan bermula. ohai, kerlip-kerlip lampu taman yang temaram merentangkan setiap jengkal langkah yang berpijak. lampu-lampu kendara berpijar bak bola mata. pada senja, aku kan melaju. menyusuri lorong-lorong waktu menemu tuju: bukankah semakin pekat malam pertanda fajar kan menjelang?
kepadamu yang, belum pernah kujumpa. sungguh, ajari aku mengeja: cinta.
kota hujan, 14 Maret 2013