(3)
PRIA BERCAPING DI PUCUK HARI
pria itu masih setia duduk, di samping kotak surat
serupa pokok. setiap kubuka jendela kamar
ia telah di sana memetik pagi
senja, aku tak melihatnya. entah ia menghilang ke mana. esoknya
ia telah mencicip pagi, hinggap di pucukpucuk. sendiri
memandang cerlang matahari
suatu hari, aku pernah melihat pria itu membuka kotak surat
tapi hanya angin yang diraupnya. dan, kini sudah
hari ketujuh. kotak surat tetap dibukabuka
meski merpati tak pernah hinggap di sana
kepada pria bercaping cokelat, mematung diri berselimut sendu
dalam hati aku berjanji. esok, kan kukirim seuntai puisi
tiba-tiba,
ini pagi yang keberapa? kubuka jendela,
di seberang kulihat diriku
sendiri, bercaping cokelat. berlarilari memunguti puisi
kota hujan, 07.02.2013
PRIA BERCAPING DI PUCUK HARI
pria itu masih setia duduk, di samping kotak surat
serupa pokok. setiap kubuka jendela kamar
ia telah di sana memetik pagi
senja, aku tak melihatnya. entah ia menghilang ke mana. esoknya
ia telah mencicip pagi, hinggap di pucukpucuk. sendiri
memandang cerlang matahari
suatu hari, aku pernah melihat pria itu membuka kotak surat
tapi hanya angin yang diraupnya. dan, kini sudah
hari ketujuh. kotak surat tetap dibukabuka
meski merpati tak pernah hinggap di sana
kepada pria bercaping cokelat, mematung diri berselimut sendu
dalam hati aku berjanji. esok, kan kukirim seuntai puisi
tiba-tiba,
ini pagi yang keberapa? kubuka jendela,
di seberang kulihat diriku
sendiri, bercaping cokelat. berlarilari memunguti puisi
kota hujan, 07.02.2013