HUJAN MALAM INI
Kubuka jendela
melihat dari kejauhan sebuah meja bundar yang riuh penuh sesaji, kulihat jua siluet-siluet, saling duet dan duel memaknai sebuah tempayan yang tertutup
ohai langit, mengapa enggkau enggan memberikan aku satu bintang terang agar aku tak jenuh, hanya sekedar berbincang atau mungkin untukku padangi saja
kulihat kembali meja bundar
semakin riuh. Mataku melangit, mendung sejak sore, tiada Jingga bertandang riang yang bermanja di antara sekumpulan awan
Aach rupanya hujan sedang kasmaran
turun dari langit
luruh mencium bumi
kerontangnya mengerang merapat
basahi selembar daun
Hujan malam ini
sejuk memeluk rindu padamu
Tangerang, 2013
# Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
Kubuka jendela
melihat dari kejauhan sebuah meja bundar yang riuh penuh sesaji, kulihat jua siluet-siluet, saling duet dan duel memaknai sebuah tempayan yang tertutup
ohai langit, mengapa enggkau enggan memberikan aku satu bintang terang agar aku tak jenuh, hanya sekedar berbincang atau mungkin untukku padangi saja
kulihat kembali meja bundar
semakin riuh. Mataku melangit, mendung sejak sore, tiada Jingga bertandang riang yang bermanja di antara sekumpulan awan
Aach rupanya hujan sedang kasmaran
turun dari langit
luruh mencium bumi
kerontangnya mengerang merapat
basahi selembar daun
Hujan malam ini
sejuk memeluk rindu padamu
Tangerang, 2013
# Bengkel Puisi Swadaya Mandiri