Puisi Rindu I
Puisi ini kususun
Kerna rinduku tak tertampung
Bila gerimis mulai menitik-nitik di atas daun
Aku mendengar gemuruh rindu itu bertalu mengalun
Bila hujan pun mereda
lukisan wajahmu tak kunjung sirna
Fatma,
Lihatlah garis-garis bianglala didadaku
Hitam-kelabu
ini
Mewarnakan rasaku yang menderu
Rinduku padamu
Rindu kemarau pada hujan
Rindu ombak pada karang
Fatma,
Bila aku pandang burung Paradisaea Raggiana yang datang dari negri cinta
Membawa sekuntum bunga yang terbakar asmara
Terasa wajahmu mengendap-endap dalam lapis jiwa
Kudengar ia mengais syair tak berkesudahan
Sambil melantunkan
“Al-‘Isqu nar | al-Isqu nar”
Fatma,
Walau aku disini berselimutkan sepi
Seperti sunyi gurun pasir tanpa badai
Tapi percayalah cintaku padamu takkan pernah usai
Fatma,
Biarlah kususun rinduku ini menjadi setumpuk dendam
Maka datanglah nanti dan padamkan
Dengan cintamu
Puisi ini kususun
Kerna rinduku tak tertampung
Bila gerimis mulai menitik-nitik di atas daun
Aku mendengar gemuruh rindu itu bertalu mengalun
Bila hujan pun mereda
lukisan wajahmu tak kunjung sirna
Fatma,
Lihatlah garis-garis bianglala didadaku
Hitam-kelabu
ini
Mewarnakan rasaku yang menderu
Rinduku padamu
Rindu kemarau pada hujan
Rindu ombak pada karang
Fatma,
Bila aku pandang burung Paradisaea Raggiana yang datang dari negri cinta
Membawa sekuntum bunga yang terbakar asmara
Terasa wajahmu mengendap-endap dalam lapis jiwa
Kudengar ia mengais syair tak berkesudahan
Sambil melantunkan
“Al-‘Isqu nar | al-Isqu nar”
Fatma,
Walau aku disini berselimutkan sepi
Seperti sunyi gurun pasir tanpa badai
Tapi percayalah cintaku padamu takkan pernah usai
Fatma,
Biarlah kususun rinduku ini menjadi setumpuk dendam
Maka datanglah nanti dan padamkan
Dengan cintamu