Kepada Langit yang tak terbatas waktu, Kutulis untukmu
sampai suatu saat,
ketika cerita yang hilang telah kembali
dunia mengabarkan padaku, lewat angin yang berbisik
tengoklah detak jantungku yang tak setegar dulu
mengelupasi kulit tubuh ,melintasi otak kanan kiri,
menuang sukmaku , memberi tanda pada ruh
siramilah, lalu biarkan aku mati
mungkin aku hanya mural di tembok tembok
yang lenyap dalam pandangan
mengejakulasi kisah lama, untuk menepati janji
yang kau katakan dulu
hingga habis direnggut kebohongan
itulah aku,
yang ingin terbang seperti burung
menuntun senja pulang ke rumah
menyimpannya di ayat ayat langit
yang mungkin kau kenal
saat sepi berkencan dengan malam
# temanku memberi tanda dengan membakar diri di depan istana”
sampai suatu saat,
ketika cerita yang hilang telah kembali
dunia mengabarkan padaku, lewat angin yang berbisik
tengoklah detak jantungku yang tak setegar dulu
mengelupasi kulit tubuh ,melintasi otak kanan kiri,
menuang sukmaku , memberi tanda pada ruh
siramilah, lalu biarkan aku mati
mungkin aku hanya mural di tembok tembok
yang lenyap dalam pandangan
mengejakulasi kisah lama, untuk menepati janji
yang kau katakan dulu
hingga habis direnggut kebohongan
itulah aku,
yang ingin terbang seperti burung
menuntun senja pulang ke rumah
menyimpannya di ayat ayat langit
yang mungkin kau kenal
saat sepi berkencan dengan malam
# temanku memberi tanda dengan membakar diri di depan istana”