/1/
angin barat baru saja melintas
pintu dan jendela menangisi kedatangannya
ada joran tergeletak. di halaman depan
tangan ayah sibuk memulut umpan
"ayah, mengapa tidak memberiku pukat yang kuat saja?"
"lengkung joran mengusung kesabaran"
kutatap mata ayah dengan bahasa bulan
ada sungai-sungai kecil menganak di sana
memuara ke laut hatiku
/2/
tiap malam sebuah tembang
mengalir lembut dari mulut ibu
di sudut kamar, ia juga bertelut
(ada namaku digumamnya)
"nak, nanti karang menyemak di tubuhmu
topan, pasang laut dan maut menjadi karib
ada yang pulang, ada yang hilang"
aku melihat kening ibu menyisa luka landai
ia mulai memasang keramba di pinggir dadaku
/3/
seiring gelombang
kulahirlepas petualangan
musim-musim jalan
petuah dan doa-doa menjadi mata kail
sebelum pukat menjaring delapan penjuru angin
demikian. kembali terngiang ibu menembang
nenek moyangku orang pelaut*)
gemar mengarung luas samudera
menerjang ombak tiada takut ...
/4/
di dermaga, angin utara membawa berita
ada yang pulang
menyelempang keramba
tangannya menggenggam joran
pintu dan jendela menangisi kedatangannya
*) petikan lagu (tembang ibu) dari judul Nenek Moyangku