Sekepal tinju, mendarat di jidatku
bughk..! tinju dusta, tinju khianat
tinju para durjana.
Seumpat kata, meledak di telingaku
Duaaar...! umpat duka, umpat nestapa
umpat para kurcaca.
Segelombang badai, tiba-tiba bangkit dari hatiku
menerpa jadi puisi yang nelangsa.
Tidak terbaca pada semesta raya
sebab, para jelata tak mampu
membaca nasibnya.
Sekumpulan Do'a, mendarat di hatiku
Allah, Do'a harapan, Do'a pengakuan
Do'a para durjana yang kesepian.
Medan, 24 01 2012
Abdul Malik.