BY : BIDADARI
redakan airmatamu
pupuskan sengat meregang pada sinar wajahmu
pudarkan titik titik jalang merembes bercerita
satu ruang gejolak engkau sebut itu pedih
lihatlah olehmu disini
aku jua masih cemburu masih mencintai
sajak sajak mengurai menenggak letupan emosimu
bias bias kata sudah engkau maknai sakit
telaah fikirmu merobek sejati langkah penghujung pena ku
engkau takutkan sebentuk ruang janggal berceloteh
airmata mu mengaliri celah ruas ruas aksaraku
gundahmu bersangka hurufku menangis olehmu
gelisahmu merupa tanya aku bercinta lewat kata bukan untukmu
perih engkau sebut cemburu mengeja ketakutan hianat makna tersirat
cinta memaksamu menangis oleh bayangan musyafir menyungging senyum
mereka memicingkan kerling merayu menginginkan lebih dari kata
rindu memaksamu mengeja makna langkah pena ku bersama mimpi tidurmu
cintaku merindu bersama cemburu
memantik hasrat ucapan hati besama getar getar rasa
menundukkan tiap jalang tatap curiga mu
bukan dengan setumpuk kata
bukan dengan baris baris memantik bahasa jiwa
bukan dengan bait bait celoteh ku memahat penghujung pena
satu masa engkau berpinta
berdasar cinta melukis wajahmu antara ruas ruas hurufku
bercerita pada mereka tentangmu
membusungkan puji untuk cinta kita
bukan dirimu bukan jua mereka
penghujung pena ku biarkan berbicara
lembaran lembaran kanvas syair relakanlah memprasatikan
beri aku sedikit waktu
aku pasti bersyair
puisiku pasti melukis wajahmu
untuk BENIH CINTA KITA nanti
relakanlah ANAKKU ANAKMU
PENIKMAT ABADI SYAIR CINTA KITA
sebentuk kisah redakan cemburu
untuk dia menyebut cinta untukku
aku persunting sedikit lelah aksara
melukiskan wajah cinta bersama kanvas setia
setia bercerita untuk kita
sebentuk hikayat perjalanan hati ini
penaku rela bercerita sepetik saja
PUISI CINTA UNTUK KEKASIH
BALI, 2013
redakan airmatamu
pupuskan sengat meregang pada sinar wajahmu
pudarkan titik titik jalang merembes bercerita
satu ruang gejolak engkau sebut itu pedih
lihatlah olehmu disini
aku jua masih cemburu masih mencintai
sajak sajak mengurai menenggak letupan emosimu
bias bias kata sudah engkau maknai sakit
telaah fikirmu merobek sejati langkah penghujung pena ku
engkau takutkan sebentuk ruang janggal berceloteh
airmata mu mengaliri celah ruas ruas aksaraku
gundahmu bersangka hurufku menangis olehmu
gelisahmu merupa tanya aku bercinta lewat kata bukan untukmu
perih engkau sebut cemburu mengeja ketakutan hianat makna tersirat
cinta memaksamu menangis oleh bayangan musyafir menyungging senyum
mereka memicingkan kerling merayu menginginkan lebih dari kata
rindu memaksamu mengeja makna langkah pena ku bersama mimpi tidurmu
cintaku merindu bersama cemburu
memantik hasrat ucapan hati besama getar getar rasa
menundukkan tiap jalang tatap curiga mu
bukan dengan setumpuk kata
bukan dengan baris baris memantik bahasa jiwa
bukan dengan bait bait celoteh ku memahat penghujung pena
satu masa engkau berpinta
berdasar cinta melukis wajahmu antara ruas ruas hurufku
bercerita pada mereka tentangmu
membusungkan puji untuk cinta kita
bukan dirimu bukan jua mereka
penghujung pena ku biarkan berbicara
lembaran lembaran kanvas syair relakanlah memprasatikan
beri aku sedikit waktu
aku pasti bersyair
puisiku pasti melukis wajahmu
untuk BENIH CINTA KITA nanti
relakanlah ANAKKU ANAKMU
PENIKMAT ABADI SYAIR CINTA KITA
sebentuk kisah redakan cemburu
untuk dia menyebut cinta untukku
aku persunting sedikit lelah aksara
melukiskan wajah cinta bersama kanvas setia
setia bercerita untuk kita
sebentuk hikayat perjalanan hati ini
penaku rela bercerita sepetik saja
PUISI CINTA UNTUK KEKASIH
BALI, 2013